Anak Kampoeng, Sebuah Cita-cita Membangun Bangsa

Kata orang, Indonesia adalah bangsa yang besar. Ditakdirkan memiliki kekayaan alam, lautan yang luas, pulau yang berjejeran, serta manusia yang tidak sedikit nan beragam. Masalahnya, masih belum ataupun masih sedikit orang yang mampu mengolah kekayaan tersebut.

Orang yang dimaksud tidak melulu berasal dari para pemimpin negeri. Ataulah yang berasal dari kaum elit negeri. Mengolahnya pun tak melulu soal kekayaan alam, membangun sumber daya manusia juga sangat penting.

Era anak daerah menginvasi kota boleh jadi sebuah pertanda. Keberhasilan mereka adalah contoh bangunan yang benar. Dibangun dari fondasi yang kokoh. Tak sedikit dari mereka bahkan memulai dari usia muda.

Keberhasilan seperti ini harusnya dapat  terus dijaga keberlangsungannya. Pertanyaannya, dengan cara seperti apa? Salah satu jalannya yaitu tetap melibatkan pendidikan serta  didukung dengan dorongan aktif para pemuda. Kuno memang, tapi paling efektif sejauh ini dan sudah terbukti.

Para pemuda bisa turut berpartisipasi mendukung peningkatan kemajuan pendidikan. Berkaca dari beberapa organisasi tenar yang berhasil melibatkan banyak pemuda dengan turut serta menyebarkan virus pendidikan, sudah pasti pemuda tetap menjadi sebuah acuan.

Semuanya bisa kita mulai dari hulunya. Dari daerah pemuda berasal. Dari kampung yang ia tempati, bahkan dari rumah yang dia tinggali. Konsepnya, seorang ataupun sekelompok pemuda dari satu kampung yang sama, membagi ilmu mereka untuk masyarakat di wilayahnya.

Kegiatan ini, saya istilahkan "Anak Kampoeng" (baca: anak kampung atau anak kampong) dalam pengartian yang baik. Persis seperti kutipan familiar Abraham Lincoln, dari pemuda di kampung, oleh pemuda di kampung dan untuk masyarakat  di kampung. Sebuah cita-cita membangun bangsa bisa dimulai dari seorang anak kampung.