Siang hari menjelang sore. Semula tak bermaksud untuk jalan-jalan. Sampai mataku tertarik dengan sosok cantik yang datang dari arah depan.
Aneh, dia menatapku. Dengan sorot mata penuh makna. Dalam hati aku bertanya-tanya, "Ada apa gerangan. Apa niat terpendamnya? Sampai-sampai melihatku seakan menginginkan sesuatu."
Tiba-tiba, dalam langkah ringan, kakinya mulai menjelajahi setapak demi setapak jalan. Sangat meyakinkan. Menuju ke arahku. "Aku harus berbuat apa? Jangan sampai aku salah tingkah hanya karena wajahnya yang manis," bisikku dalam hati.
"Ah!" Dia menggerayangi kakiku tanpa bersuara sedikitpun. Entah maunya apa.
Menggunakan kepala, tangan, sampai kakinya, dieluskan ke bagian bawah tubuhku yang sejak dia datang, reflek duduk.
Sensasi yang jarang kunikmati. Sensasi belaian kucing lapar yang pandai memelas ini. Sungguh, beberapa tahun kebelakang ini, aku sendiri jarang dibelai kucing. Dirimulah kucing pertama yang berdamai denganku.
Sayangnya, aku terlalu lama menyadari setelah kejadian itu, bahwa kau lelaki. Kucing jantan yang menyamar. Aku tertipu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar